Kalimat itu sering terlontar apabila kita bertransaksi di depan kasir pada suatu toko atau supermarket.. Hampir diseluruh supermarket sudah menyediakan fasilitas untuk bertransaksi meggunakan kartu kredit.
Kalau dulu kita bermimpi suatu saat orang akan bertransaksi tanpa menggunakan uang tunai, maka mimpi itu sekarang sudah menjadi suatu kenyataan. Orang tidak lagi meyimpan uang disakunya, tapi cukup dengan membawa kartu tersebut semua transaksi dapat dilakukan .
Ilustrasi di atas menggambarkan betapa di zaman yang semakin modern ini, Anda tak perlu lagi membawa segepok uang untuk keperluan sehari-hari. Cukup menyimpan kartu plastik berukuran panjang 8,5 sentimeter dan lebar 5,4 sentimeter di dompet dan menggeseknya di lokasi belanja berlogo Visa, MasterCard, American Express, Maestro, Diners Club, Mondex, dan lain sebagainya.
Menurut Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) bahwa dana yang disediakan oleh seluruh pengelolah mencapai 75 Trilliun rupiah. Namun kredit yang sudah disalurkan baru Rp 25,2 triliun. Dana tersebut disalurkan kepada 8,7 juta kartu yang dimiliki 4,5 juta nasabah.(detik.com/detik finance,Kamis, 15/11/2007 ). Dengan jumlah yang cukup besar itu pengelola harus mendapatkan sebanyaknya-banyaknya kreditur.
1). Sebagai alat ganti pembayaran.
Kartu kredit dapat dipergunakan sebagai alat ganti pembayaran, sehingga kita tak perlu membawa banyak uang tunai, yang dapat berisiko hilang atau jatuh di jalan. Kalau kita sikapi dengan hati-hati, sebetulnya kartu kredit dapat berguna karena kita seolah-olah mendapat gaji dobel, karena tagihan kartu kredit baru dibayarkan pada bulan berikutnya.
2). Sebagai cadangan.
Kartu kredit juga dapat digunakan sebagai cadangan untuk keperluan mendadak, seperti jika tiba-tiba ada keluarga yang sakit dan perlu di rawat di rumah sakit, maka pembayaran uang muka dapat menggunakan kartu kredit, hal ini tak merepotkan dibanding jika kita harus ke ATM dulu atau mencairkan uang di Bank.
3). Membantu melakukan pembayaran atas tagihan rekening rumah tangga.
Pada kartu kredit ada fasilitas one bill, artinya kita bisa meminta kepada Bank penerbit kartu kredit untuk sekaligus membayarkan tagihan atas rekening: listrik, tagihan telkom/hand phone, tagihan PAM, tagihan internet serta tagihan-tagihan lainnya dengan sepengetahuan intansi yang mengeluarkan tagihan tersebut. Dengan demikian setiap bulan kita tidak disibukkan membayar ke beberapa instansi, namun pembayaran dapat dilakukan sekaligus melalui kartu kredit, yang langsung dilakukan pendebetan setiap bulannya.
Dikalangan masyarakat golongan menengah keatas sudah tidak asing dengan kegunaan kartu kredit ini. Dimana ia berada dapat memanfaatkan untuk menjadikannya percaya diri. Namun ada diantara mereka ada yg menjadikan trend dan ada juga yang menjadikannya kebutuhan. Pembayaran dengan sistem kartu kredit dimana-mana sudah tersedia. Disaat orang yang tidak mempunyai dana tunai pada saat tertentu, kartu kredit lah yang menjadi “pahlawan” untuk memenuhi kebutuhannya.
Perkembangan kartu kredit sedemikian pesatnya, sehinggah persaingan antar penyedia kartu kredit memberikan peluang yang luas kepada masyarakat untuk menjadi kreditur sangat terbuka lebar.
Beberapa tawaran yang menggiurkan yang ditawarkan oleh penyedia kartu kredit. Mulai dari pembebasan biaya bulanan sampai penerbitan Kartu Kredit Instan. Namun memang kita tidak dapat menutup mata bahwa banyak sisi positif yang diperoleh oleh Pengguna Kartu Kredit namun dari sisi negatif juga beberapa yang dapat dirasakannya. Diantaranya adalah bertransaksi secara berlebihan, apalagi beberapa waktu lalu banyak Supermarket atau pun event reward yang ditawarkan oleh penyedia dengan potongan harga yang menggiurkan. Pola konsumtif ini lah yang menjadi pengguna kartu kredit tidak dapat mengontrol dirinya, apakah pendapatan nya itu dapat menutupi tagihan kartu kredit atau tidak ? Dan akhirnya beberapa pengguna terhambat melunasi tagihannya atau terlambat membayarnya.
BI mencatat, rasio kredit macet (non performing loan, NPL) kartu kredit meningkat tajam dari semula hanya 10 persen pada Agustus 2006 menjadi 12,9 persen pada Agustus 2007. Kenaikan rasio kredit macet kartu kredit tersebut, menu-rut kami salah satunya adalah oleh melemahnya daya beli masyarakat pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akhir 2005 lalu. (AdilNews.com)
Seorang Karyawan swasta mempunyai delapan kartu kredit yang semuanya aktif! Jumlah tagihannya pun semua sudah hampir mencapai batas. Nah, jumlah penghasilan karyawan ini setiap bulan katanya hampir selalu habis untuk membayar cicilan kartu kreditnya.
Menarik bukan? Di satu sisi, ada bank yang asyik mengiklankan dan mengajak orang untuk aktif memakai kartu kredit, tapi di lain pihak ada orang (dan saya yakin bukan hanya satu orang) terjebak persoalan dengan koleksi kartu-kartu kreditnya.Lalu, siapa yang salah di sini? Bank penerbit kartu atau si pemakai kartu?
Pertama-tama, kita mesti sadar dulu bahwa kartu kredit itu hanya alat pembayaran. Maksudnya, fungsi kartu sama seperti uang tunai yang Anda pakai untuk membayar suatu transaksi. Bedanya, si kartu ini menjadi "pengganti sementara" dari uang tunai. Kalau Anda beli barang seharga Rp 75.000 dan membayar dengan kartu kredit, maka bank penerbit kartu akan menagih Rp 75.000 di akhir bulan. Jadi, pembayaran tersebut tidak dilakukan di awal ketika barang dibeli, tapi saat tagihan datang belakangan.
Lho, terus buat apa ada kartu kredit? Keuntungan yang pokok hanya satu: Anda tidak perlu membawa banyak uang tunai tiap kali melakukan transaksi pembelian barang dan jasa. Bayangkan kalau Anda harus membawa-bawa uang tunai Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta di dompet Anda, sedangkan Anda harus sering bepergian dengan bus kota.
Kalau Anda tidak mau membayar lunas tagihan Anda, Kartu Kredit biasanya memberikan kemudahan berupa ketentuan pembayaran minimal. Besarnya bervariasi, sekitar 5 - 10 persen dari jumlah tagihan Anda bulan tersebut.
Masalah biasanya mulai muncul bila Anda mulai terbiasa enggan melunasi tagihan secara penuh. Anda hanya melunasi tagihan minimal tiap bulannya. Sementara frekuensi dan nilai pemakaian kartu kredit tersebut bukannya berkurang tapi malah meningkat.
Kedepannya pengelola kartu kredit bisa bersikap lebih adil dengan memberikan edukasi serta memberi tahu risiko-risiko yang harus dihadapi pemegang kartu kredit, perbankan jangan hanya memberi iming-iming kemudahan memiliki kartu kredit. Menurut kami, kekurangpahaman pengguna kartu kredit terhadap kartu kredit dapat memicu masalah yang besar bagi industri kartu kredit seperti meningkatnya angka kredit bermasalah.
Adanya Forum komunikasi Pengguna Kartu Kredit sebagai salah satu forum yang bertujuannya sebagai salah media informasi bagi pengguna kartu kredit. dapat mengurangi kesalah pahaman terjadi antara pengguna kartu kredit dengan penyedia kartu kredit selain itu memberikan edukasi kepada sesame pengguna kartu kredit. Selain itu dapat membantu meringankan pengelola Kartu Kredit dalam menyelesaikan masalah dengan pengguna kartu kredit. Dengan demikian kartu kredit dapat berkembang dengan yang lebih menguntungkan semua pihak.
Oleh : Ir. Ary Budianto
Penulis ; Pemerhati Masalah Sosial Ekonomi
Ketua Forum Komunikasi Pengguna Kartu Kredit